Sunday, October 28, 2012


3G 900 Indosat Akan Sambangi Sejumlah Kota Besar di Indonesia

Senin, 22 Oktober 2012 11:01 am | andr010 | Sorotan Media
JAKARTA - Indosat berencana akan memperluas jangkauan jaringan 3G yang berjalan pada frekuensi 900Mhz di sejumlah kota besar di Tanah Air. 

"Kami akan memperluas jangkauan 3G 900 di sejumlah kota besar di Pulau Jawa , Sumatera dan daerah lainnya," ungkap Chief Corporate Dervice Officer Indosat Indar Atmanto kepadaOkezone, Jumat (19/10/2012). 

Lanjutnya, Indar mengatakan hingga akhir tahun ini 3G yang berjalan pada frekuensi 900Mhz masih akan difokuskan di Sumatera Barat. Rencananyam, perusahaan akan menambah jangkauan di sejumlah kota besar lainnya pada kuartal pertama tahun depan. 

"Untuk 3G 900 masih belum ada penambahan pada tahun ini, ada penambahan pada kuartal pertama 2013," paparnya. 

Seperti diketahui, Indosat akhirnya menggunakan teknologi 3G terbaru usai memperoleh lisensi sesuai keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring lewat Surat Keputusan (SK) No. 504/KEP/M.KOMINFO/08/2012 yang disetujui pada 13 Agustus 2012. (fmh)

3 Kabupaten di Jateng Siap menuju Era Digital

Rabu, 24 Oktober 2012 12:07 pm | andr010 | Berita
Banyumas- Sebanyak 3 kabupaten di Jawa Tengah, yakni Banyumas, Pekalongan dan Jepara dinyatakan siap menyongsong datangnya Era Digital. Hal ini ditandai dengan diserahkannya penghargaan ICT Pura tahun 2012 dari Kementrian Komunikasi dan Informatika RI kepada ketiga kabupaten tersebut belum lama ini.

ICT Pura adalah gerakan bersama seluruh komponen bangsa yang dimotori oleh Kementrian Kominfo, untuk memetakan, mengukur dan mengapresiasi kabupaten/kota di seluruh Indonesia terkait kesiapan dalam memasuki era digital tahun 2015. Tujuannya untuk memetakan indeks kesiapan menuju era masyarakat digital yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Penganugerahan ICT Pura 2012 dilaksanakan di Grand Ballroom, Hotel Grand Aston Medan pada Kamis (18/10). Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Basuki Yusuf Iskandar. Total penerimanya 27 kabupaten/kota yang tersebar di 14 provinsi di Indonesia.

Untuk lingkup Provinsi Jawa Tengah, dari ketiga kabupaten penerima, Kabupaten Banyumas menjadi yang teratas dengan meraih predikat terbaik ke-secara nasional, disusul Kabupaten Pekalongan di urutan ke-15, dan Kabupaten Jepara di urutan ke-21.

Sekda Kabupaten Banyumas, Mayangkoro usai menerima penghargaan mewakili Bupati Mardjoko menjelaskan, Banyumas adalah satu dari 165 kabupaten/kota di Indonesia yang diprioritaskan dalam program ICT Pura 2012. Sesuai dengan sistem penilaian dalam kuesioner pemetaan, nilai indeks ICT Pura Kabupaten Banyumas sebesar 3,25, yang berarti Banyumas telah siap untuk menghadapi era ekonomi digital, dengan predikat I-Madya.

Komponen indeks yang dinilai meliputi ICT Use (Intensity)-peran pemkab dalam mengelola TIK dengan berbagai kebijakan, peraturan, dan keputusan bobot 40%ICT Readiness (Infrastructure)-ketersediaan infrastruktur TIK (20%)ICT Capability (Skills)-sumber daya dan kemampuan mengeksplorasi dan mengeksploitasi aset TIK yang dimiliki (25%); dan ICT Impact (Outcomes)-manfaat langsung dari keberadaan TIK (15%).

Mayangkoro berterima kasih kepada seluruh jajaran Pemkab Banyumas dan masyarakat Banyumas, atas kerjasama yang telah dilakukan sehingga Kabupaten Banyumas menerima penghargaan ICT Pura 2012. Ia juga berpesan, agar penghargaan tersebut dapat memotivasi Banyumas untuk terus mempersiapkan diri agar siap menghadapi era ekonomi digital, bahkan sebelum era ini secara resmi dimulai secara nasional. *Kontributor Pemkab Banyumas


Potensi Kelautan & Perikanan: Kominfo Telah Dirikan 131 Media Center Di Sejumlah Daerah

Rabu, 24 Oktober 2012 1:17 pm | bint005 | Berita

JAKARTA: Guna mengangkat potensi kelautan dan perikanan nasional  semua pemangku kepentingan diminta mendukung pengembangan pusat informasi perikanan (media center) yang dibangun sejak 2007.
Freddy H. Tulung, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi, mengungkapkan sebanyak 131 media center telah dibentuk,  sebanyak 69 berada di wilayah pesisir dari Sabang hingga Merauke.
Dia menjelaskan media center itu sebagai upaya untuk menggugah elit pemerintah dan politik punya keberpihakan yang lebih besar terhadap pengembangan potensi kelautan.
"Tidak hanya soal akses dibuka lebih besar kepada nelayan dan industri pengolahan perikanan, tetapi perlu dukungan dan pola pikir pemerintah dan elit politik mendukung kelautan," ujarnya dalam Forum Group Discussion bertema Optimalisasi Penyebaran Informasi bagi Masyarakat Perikanan Melalui Media Center, Selasa (16/10/2012).
Menurutnya, media center sebagai pusat pelayanan informasi dan komunikasi publik berperan untuk menyediakann data base, informasi soal teknologi budi daya perikanan, dan soal perkembangan harga pasar produk perikanan.
Herman Suherman, Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan, Kementerian KP, mendukung pengenbangan media center itu dan menyiapkan dua lokasi kawasan percontohan industrialisasi perikanan, yakni diUPT Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Kota Padang, dan UPT SUPM Pontianak.
Dia menjelaskan  pemnafaatan potensi perikanan dan kelautan belum optimal dan pembangunan kesejahteraan masyarakat belum tercapai.  Oleh karena itu, sambungnya, diperlukan transformasi sosial masyarakat menuju industrialisasi kelautan dan perikanan.
"Salah satu upaya menuju transformasi sosial itu adalah keberadaan pusat informasi public antara lain media center kelautan dan perikanan," ujarnya.
Dia mencontohkan potensi perikanan budi daya tambak baru seluas 682.858 hektare dari potensi 2,96 juta ha. Potensi budi daya laut hanya terealisasi 117.649 ha dari potensi 12,54 juta ha.
Sebaliknya, potensi perikanan tangkap sudah relative lebih baik, dari potensi sumber daya sekitar 6,5 juta ton telah dimanfaatkan sekitar 5 juta ton. Namun, sekitar 2,62 juta nelayan masih miskin. (bas)

RUU Penyiaran siap dibahas

Rabu, 24 Oktober 2012 11:47 am | andr010 | Sorotan Media
JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan hasil rumusan rancangan revisi beleid penyiaran menjadi Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyiaran.
Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, rancangan beleid tersebut merupakan revisi UU Nomor 32/2002 tentang Penyiaran. "Komisi I menilai UU 32/2002 secara substansi dan teknisnya sudah tidak bisa mengantisipasi perkembangan kemajuan teknologi penyiaran," katanya, kemarin.
Menurutnya, Komisi I dalam merumuskan RUU yang terdiri dari 14 bab dan 99 pasal itu sudah melalui berbagai tahap dan prosedur baku. Misalnya, menyerahkan draf RUU tersebut kepada Badan Legislasi DPR untuk diharmonisasi.
Politikus Partai Golkar ini menjelaskan, secara filosofis RUU Penyiaran memberikan penekanan bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh informasi melalui penyiaran merupakan perwujudan hak asasi manusia (HAM).
Secara garis besar, RUU tersebut  akan mengatur soal sistem penyiaran nasional dan jasa penyiaran berupa jasa penyiaran radio, jasa penyiaran televisi dan jasa penyiaran multipleksing. Selain itu, beleid itu juga akan mengatur soal penyebarluasan program dan isi siaran disesuaikan dengan perkembangan teknologi penyiaran dengan menggunakan teknologi digital serta pelaksanaan penyiaran dengan teknologi digital.

Tifatul: Jangan Bandingkan Internet Indonesia dengan Korea

Selasa, 23 Oktober 2012 2:12 pm | andr010 | Sorotan Media
Menjanjikan insentif sebesar 15 persen dari biaya proyek bagi operator yang mau merintis pembangunan jaringan fiber optic ke daerah terpencil 

Menteri Telekomunikasi dan Informatika (Kominfo) Tifatul Sembiring keberatan jika kualitas koneksi internet di Indonesia dibandingkan dengan sejumlah negara maju macam Korea Selatan atau bahkan tetangga sekawasan seperti Singapura. 

Sebelumnya Beritasatu.com mencuplik laporan Akamai, perusahaan penyedia layanan komputasi awan di Amerika Serikat, yang menunjukan bahwa Indonesia adalah negara dengan kecepatan internet paling lelet di Asia. Di Asia Tenggara Indonesia bahkan kalah dari Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina.  

"Jangan bandingkan Indonesia dengan negara seperti Korea dan Singapura, jujur kita masih jauh. Beda size, ukuran permasalahannya jauh," tulis Tifatul dalam serangkaian tweet bertagar ICT (information and communication technology), Senin siang (22/10).

Menurut Tifatul Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa, lebih dari 17.000 pulau, dan wilayah yang membentang 5.400 kilo meter tidak bisa dibandingkan dengan Korsel atau Singapura.

Menurut dia kini pemerintah sedang mengutamakan pembangunan infrastruktur dasar ICT seperti telepon masuk desa, desa punya internet, dan pusat layakan internet kecamatan (PLIK).

"Inilah yang bisa dibangun dengan anggaran kemenkominfo yang kurang dari Rp.3 triliun per tahun. Selebihnya dibangun oleh pihak swasta," papar dia lebih lanjut.

Tifatul juga mengungkap bahwa dalam waktu dekat pemerintah akan menggelar seleksi kanal 3G untuk 3rd carrierblock 11 dan 12 untuk meningkatkan kecepatan internet. Penggunaan frekuensi lain untuk jaringan 3G juga telah diizinkan.

"Seperti Indosat yang sudah pakai frekuensi 900 MHz untuk super 3G broadband," tulis Tifatul.

Ia juga menjanjikan insentif sebesar 15 persen dari biaya proyek bagi operator yang mau merintis pembangunan jaringan fiber optic ke daerah terpencil seperti Papua.

Nelayan Butuh Sarana Informasi Peningkat Produksi

Senin, 22 Oktober 2012 12:58 pm | andr010 | Berita
TEMPO.COJakarta -Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan nelayan Indonesia membutuhkan sarana informasi untuk meningkatkan produksi. "Ada memang yang sudah "IT minded", tetapi kebanyakan masih mengandalkan insting alami," kata juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot S. Dewa Broto, ketika dihubungi Tempo, Minggu, 21 Oktober 2012.

Gatot menjelaskan, untuk mengatasi problem nelayan itu, kementerian akan menyediakan 5.800 Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) serta 1.200 Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) di penjuru Indonesia. Ia mengatakan, kementerian pun mendukung penyediaan informasi bagi para nelayan melalui "media center" di kawasan sekitar PLIK dan MPLIK.

Salah satu "media center" yang sudah berjalan, kata Gatot, ada di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan evaluasi di dua wilayah itu, keberadaan "media center" dianggap mampu membantu nelayan dalam bekerja. Di "media center" tersebut, para nelayan bisa memperoleh informasi seperti fluktuasi harga ikan dan prakiraan cuaca.

Gatot mengaku masih ada kendala dalam pengoperasian "media center" karena dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mensosialisasikannya kepada nelayan. Menurut dia, para nelayan masih belum terbiasa dan enggan mencari informasi lewat "media center". "Solusinya, kami harus rajin-rajin mengundang para nelayan ke "media center".รข€ 

Ia menjelaskan, "media center" merupakan kelanjutan kerja sama yang dibina dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2010. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal ini juga menyediakan penyuluh di "media center" untuk menjelaskan data kepada para nelayan.

Inilah Para Tentara Cyber Indonesia!

Selasa, 23 Oktober 2012 2:53 pm | andr010 | Berita
Jakarta - Indonesian Cyber Army (ICA) Selection 2012 atau lebih dikenal dengan istilah 'Cyber Security Competition' telah memunculkan para jawaranya. Berikut para tentara cyberIndonesia.

Acara yang berlangsung di Medan tersebut diikuti 20 tim yang berasal dari berbagai kota, mulai dari Banda Aceh, Medan, Bengkulu, Palembang, Lampung, Jakarta, Depok, Yogyakarta hingga Denpasar.

Ada dua kategori yang dipertandingkan, Capture The Flag dan Digital Forensic. Untuk kategori Capture The Flag, juaranya adalah Cyber Army asal Palembang, posisi kedua dan ketiga ditempati Neophyte Depok dan Red Eagle Semarang. 

Sementara untuk kategori Digital Forensic, juara pertama disabet TCP Ninja Bali, serta IT Centrum Forensic Yogyakarta dan Shutdown Depok harus puas sebagai runner up dan ketiga.

Menurut salah satu tim juri dari Malaysia, Dr. Desmond Davendra, anak-anak ini sangat berbakat dan antusias mengikuti kejuaraan, mereka sudah seperti profesional, terutama di kategori Digital Forensics. 

Para peserta dinilai sudah dekat dengan kemampuan Forensics Investigator Profesional, tinggal mengasah beberapa waktu dan menambah jam terbang yang akan menjadikan mereka profesional di bidang cyber security dan cyber forensics.

Menurut Agus Setiawan selaku ketua panitia, para alumni Indonesia Cyber Army Competition telah mendapat pengakuan nasional dan diharapkan kompetisi ini akan lebih besar lagi di tahun 2013. Jika bisa menjangkau sebagian besar akademi di APTIKOM.

"Event ini sudah mendapat pengakuan beberapa organisasi pemerintah, akademisi dan swasta sepeti Direktorat Keamanan Informasi, Kemkominfo, APTIKOM, DETIKNAS, MULTIMATICS, C-S-I, FORESEC dan Academic CSIRT, kami berharap Kementerian terkait, lembaga dan organisasi keamanan internet akan tertarik untuk kelangsungan kegiatan seperti ini dan memetik hasilnya," imbuh IGN Mantra dari Academic CSIRT.

Cyber Security merupakan aktvitas yang besar dan luas, banyak aspek yang terkait didalamnya seperti hacking, forensics, incident handling, NetAdmin, disaster recovery, secure programming dan lainnya. 

"Ada segitiga kebutuhan yang tidak terpisahkan seperti pemerintah, swasta dan akademisi saling bahu membahu untuk mengamankan internet dan keamanan negara RI, anak-anak muda perlu dilibatkan sehingga mereka mengerti bagaimana sebaiknya kegiatan mereka menjadi lebih positif dan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi bangsa," pungkas Mantra, dalam keterangannya kepada detikINET.